Di era kemajuan teknologi yang pesat saat ini, sosok atau figur inspiratif perempuan tentunya semakin banyak dengan berbagai kemampuan, dan prestasi sehingga orang lain bisa termotivasi untuk melakukan hal yang positf. Sosok atau figur inspiratif ada di berbagai kalangan, salah satunya di dunia diplomasi.
Diplomasi adalah seni dan praktik bernegosiasi oleh seseorang (disebut diplomat) yang biasanya mewakili sebuah negara atau organisasi. Kata diplomasi sendiri biasanya langsung terkait dengan diplomasi internasional yang biasanya mengurus berbagai hal seperti budaya, ekonomi, dan perdagangan.
Dalam menjalani pekerjaannya, terlebih ketika bertugas sebagai perwakilan luar negeri, seorang diplomat dituntut untuk dapat siaga selama 24 jam. Seorang diplomat juga seringkali dituntut untuk piawai dalam bernegosiasi. Penugasan yang berpindah-pindah merupakan bagian hidup yang tak terelakkan.
Dari tiga karakter tugas tersebut sering kali membuat masyarakat awam menilai profesi diplomasi lebih cocok diemban oleh seorang laki-laki dari pada perempuan.
Meski pekerjaan Diplomat identik dengan dunianya laki-laki, tapi bukan berarti perempuan tidak bisa maju menjadi seorang diplomat. Selama 10 tahun terakhir, sepak terjang perempuan dalam dunia diplomasi indonesia dan negara lain semakin pesat. Ini disebabkan meningkatnya jumlah peminat profesi diplomat beserta tingkat kelulusan dari kalangan perempuan semakin meningkat.
Indonesia pun banyak memiliki diplomat perempuan yang sangat menjalankan perannya dengan baik, salah satunya seperti Ibu Retno L.P Marsudi. Ibu Retno sendiri adalah Menteri Luar Negeri perempuan pertama Indonesia yang merupakan diplomat yang besar dari lingkungan internal Kementerian Luar Negeri.
Menteri Luar Negeri RI Retno L.P Marsudi pernah mengatakan bahwa kaum perempuan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menegakkan perdamaian dan keamanan dunia karena memiliki satu kelebihan yang tidak dimiliki oleh kaum laki-laki, yaitu insting keibuan yang secara alami dapat menciptakan perdamaian dengan cinta, kepedulian serta harmoni. Namun peran kaum hawa dalam menegakkan perdamaian dan keamanan dunia masih sangat minim.
Meski pekerjaan diplomat identik dengan peran negosiasi dan kehadiran di berbagai sidang di luar negeri, peran ekstrim juga seringkali harus dihadapi. Tak jarang seorang diplomat perempuan harus menangani fungsi konsuler yang lekat urusannya dengan penanganan kasus pembunuhan, pengurusan jenazah, pelecehan TKI, juga kasus hukuman mati.
Beda halnya dengan Ibu Retno LP Marsudi, Korea Selatan pun memiliki Menteri Luar Negeri pertama yaitu, Kang Kyung Hwa. Sebelum menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Kang Kyung Wha adalah penasihat Senior Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Antonio Guterres.
Disebut sebagai perempuan pertama dari banyak hal membuat Menteri Kang Kyung Hwa berhati-hati dengan gelar yang disemangatkan kepada dirinya tersebut. Menteri Kang berharap setelah mengambil bagian menjadi perempuan pertama semakin banyak perempuan lain yang memilikinya dan bukan hanya menjadi sebuah berita melainkan suatu keberanian.
Menurut Menteri Kang, kendala terbesar untuk perempuan yang bekerja di posisi kepemimpinan adalah dihadapkan dengan lebih banyak laki-laki daripada perempuan, berurusan dengan jenis manusia berbeda, ini seperti perjuangan bagi Menteri Kang.
Setelah menjadi seorang pemimpin, terkadang muncul keraguan di diri sendiri, seperti; "apakah saya didiskriminasi? apakah saya tidak mendapatkan apa yang pantas saya dapatkan? keputusan saya diimplementasikan karena orang memperlakukan saya sebagai seorang perempuan?", jadi itu adalah keraguan yang terlintas dan menjadi penghambat, oleh karena itu saya selalu mengingatkan diri sendiri dan mengurangi perasaan tersebut. Menteri Kang memilih terus bergerak lebih dari sebelumnya dan hanya berurusan dengan orang-orang nilai nominal serta melakukan yang terbaik.
Pada tanggal 8 April 2019, Menteri Retno LP Marsudi dan Menteri Kang Kyung Hwa menjadi Narasumber di acara Millenials Talk with Madam Secretaries yang bertempat di Ruang Nusantara Kementerian Luar Negeri RI.
Selain dua tokoh diatas, ada Diplomat muda yang belum lama ini mendapat perhatian publik karena berbicara tegas soal kedaulatan Indonesia di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Nara Masista Rakhmatia.
Di Sidang PBB, Nara mengecam tudingan negara-negara di Kepulauan Pasifik yang mengkritik catatan HAM di Papua. Tudingan ini disebut Nara sebagai upaya mengganggu kedaulatan nasional Indonesia. Nara menyebut negara-negara tersebut punya agenda tersendiri dan menggunakan forum Majelis Umum PBB untuk mengalihkan perhatian dari masalah politik dan sosial dalam negeri mereka.
Source:
http://www.indonesianfeministjournal.org/index.php/IFJ/article/download/263/257
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/03_Hennida_DIPLOMASI%20PUBLIK.pdf
https://kumparan.com/nona-gae-luna1519199971381/perempuan-dan-dunia-diplomasi-indonesia
https://www.voaindonesia.com/a/peran-penting-perempuan-tegakkan-perdamaian-dunia/4866661.html
https://kumparan.com/dian-ra/mengulik-kehidupan-diplomat-perempuan-27431110790546069
https://www.beritasatu.com/dunia/287802/10-tahun-terakhir-calon-diplomat-kebanyakan-perempuan
http://mediaindonesia.com/read/detail/1212-perempuan-dan-diplomasi
https://kumparan.com/nona-gae-luna1519199971381/perempuan-dan-dunia-diplomasi-indonesia
https://news.detik.com/berita/d-3309450/bela-kedaulatan-ri-di-pbb-diplomat-muda-nara-rakhmatia-jadi-sorotan
http://www.mofa.go.kr/eng/brd/m_5689/view.do?seq=319554&srchFr=&srchTo=&srchWord=&srchTp=&multi_itm_seq=0&itm_seq_1=0&itm_seq_2=0&company_cd=&company_nm=&page=1&titleNm=
Comments